Bawaslu Tarakan sampaikan 3 indikator loksus dan pemilih rentan.
|
Anggota Bawaslu Kota Tarakan, Dian Antarja,S.HI.,M.H menghadiri Sosialisasi PKPU 9 tahun 2022 dan penyusunan lokasi khusus yang diadakan oleh KPU Kota Tarakan. Kegiatan ini dilaksanakan di Hotel Crown Tarakan dan dihadiri oleh stakeholder Se-kota tarakan
\n
\nDalam sosialisasi tersebut Hery fitrian selaku Anggota KPU divisi parmas menyampaikan Pemilu harus melibatkan partisipasi masyarakat dari semua pihak sebgaimana diatur dalam pkpu nomor 9 tahun 2022. Setiap pihak memiliki perannya masing-masing, oleh karena itu KPU selalu berkoordinasi dan melakukan sosialisasi. Diantaranya, sosialisasi pemilih pemula di sekolah-sekolah sma sederajat.
\n
\nSelain sosialisasi pkpu 9/2022, Jumaidah selaku divisi data menyampaikan saat ini pemilu sudah memasuki tahapan pemutakhiran data pemilih, dalam tahapan ini di awali sinkronisasi data DP4 dengan DPT terakhir dengan DPB terakhir. Jumaidah juga menyampaikan KPU Tarakan sedang menunggu data dr KPU RI yang akan diturunkan di bulan ini. Setelah data diturunkan baru kemudian di lakukan pemetaan data pemilih dan tahapan cokli.
\n
\nDalam pemetaan data pemilih Jumaidah menyampaikan salah satunya adalah hak pilih pada lokasi khusus. Lokasi khusus ini untuk mengakomodir warga Negara Indonesia yang telah punya hak pilih namun terancam tidak bisa menggunakan hak pilihnya pada saat pemungutan suara pada pemilu 2024.
\n
\nTerkait dengan lokasi khusus, dalam kesempatann ini Dian Antarja Anggot Bawaslu Kota Tarakan menegaskan dalam rangka untuk mengawal hak pilih saudara-saudara kita harus memenuhi 3 prinsip yaitu adanya warga yg punya hak pilih dan punya ktp el namun tidak bisa menggunakan hak pilihnya, terkonsentrasi pada satu titik dan memungkinkan diadakannya satu TPS,
\n“jadi apabila 3 prinsip tersebut terpenuhi maka dimungkinkan untuk membuat 1 TPS” Tagasnya
\n
\nDalam kesempatan ini Dian Antarja juga menyampaikan bahwasanya di kota Tarakan terdapat pondok pesantren dengan jumlah 13 pondok pesantren. Ini bukan jumlah yang sedikit sementara separuh dari pondok pesantren tersebut memiliki santriwan dan santriwati yg jumlah sudah mencapai ratusan, itu belum lagi jumlah pengajarnya.
\n
\n“Jangan sampai nanti ada saudara kita yg sedang menuntut ilmu di pesantren dan punya hak pilihnya tidak bisa memilih pada saat hari pemungutan suara pemilu 2024”Tutupnya.
\n